Kamis, 27 Desember 2012

makalah tentang sifat mineral dan zat aktif


MAKALAH ILMU PANGAN DASAR

SIFAT MINERAL DAN ZAT AKTIF














OLEH :

HIDAYATUL HUSNA
IQRA RAMADHAN
LESTARI SURYANINGSIH
LOLY NOVITA WINAS
MELLA OKTAVIANI
MENINDA OLA VENIA
MUTIA AISYAH
NIFTAH UTAMI
OCTA MUSTIKA TARI
PUTRI MARDAWITA


KELOMPOK 3 DAN 4
KELAS IA



D-III GIZI
POLTEKKES KEMENKES PADANG
2012-2013











BAB I
PENDAHULUAN



            Betapa besar peranan zat gizi dalam kehidupan makhluk hidup.  Zat-zat gizi tersebut mempunyai keunikan sifat-sifat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh makhluk hidup, contoh nya protein dan mineral. Zat non gizi yang bermanfaat bagi kehidupan diantaranya adalah zat aktif yang mempunyai sifat-sifat khas.

Secara umum protein merupakan senyawa organik berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang diikat oleh ikatan peptida. Protein sangat penting bagi kehidupan karena berkaitan erat dengan proses-proses kehidupan. Semua hayat hidup sel berhubungan dengan zat gizi protein.

Selanjutnya mineral,semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan  penyusun atom-atom yang beraturan, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat-sifat fisik/kimia tersendiri. Dengan mengenal sifat-sifat tersebut maka setiap jenis mineral dapat dikenal, sekaligus kita mengetahui susunan kimiawinya dalam batas-batas tertentu.

          Zat aktif merupakan zat non gizi yang berguna bagi kehidupan, umumnya merupakan senyawa sintetis kimia serta mempunyai sifat-sifat yang ideal yang berguna dalam pengobatan  .












BAB II
PEMBAHASAN


A. SIFAT-SIFAT PADA PROTEIN

1.     Sifat-sifat Protein secara umum
 Sifat protein secara umum :

1.     Ionisasi yaitu apabila protein larut di dalam air akan membentuk ion positif dan ion negative.
2.     Denaturasi yaitu perubahan konformasi serta posisi protein sehingga aktivitasnya berkurang atau kemampuannya menunjang aktivitas organ tertentu dalam tubuh hilang sehingga tubuh mengalami keracunan.
3.     Viskositas yaitu tahanan yang timbul oleh adanya gesekan antara molekul di dalam zat cair yang mengalir.
4.      Kristalisasi yaitu proses yang sering dilakukan dengan jalan penambahan garam ammonium sulfat atau NaCl pada larutan dengan pengaturan PH pada titik isoelektriknya.
5.     Sistem koloid yaitu sistem yang heterogen terdiri atas dua fase yaitu partikel kecil yang terdispersi dari medium pendispersi atau pelarutnya.

Sifat-sifat Protein secara khusus :

1.     Dengan pemanasan
Banyak protein mengkoagulasi jika dipanaskan. Misalnya telur, hal
tersebut bisa dimanfaatkan misal utk puding telur atau dlm
pembuaan cake. Sifat koagulasi irreversible.
2.     .Dengan asam
Jika susu menjadi asam bakteri susu memfermentasi laktosa,
menghasilkan asam laktat. Keasaman menyebabkan protein susu
(kasein) terkoagulasi.
3.      Dengan ensim-ensim
Rennin yg secara komersial disebut rennet adalah ensim yang
mengkoagulasikan protein.
4.     Dengan perlakuan mekanis
Mengocok putih telur misalnya menyebabkan koagulasi parsial
pada protein.
5.     Penambahan garam
Garam tertentu seperti  natrium klorida bisa mengkoagulasi protein


Contoh protein : Telur, susu sapi, ikan, daging sapi, kacang tanah, kacang kedelai, beras giling, beras tumbuk, gandum utuh, jagung, biji-bijian, tahu, tempe, ayam, udang segar, kentang


B. Sifat-Sifat Fisik Mineral

Sifat-sifat fisik yang dimaksudkan adalah:
1.     Kilap (luster)
2.     Warna (colour)
3.     Kekerasan (hardness)
4.     Cerat (streak)
5.      Belahan (cleavage)
6.     Pecahan (fracture)
7.     Bentuk (form)
8.     Berat Jenis (specific gravity)
9.     Sifat Dalam
10.                        Kemagnetan
11.                        Kelistrikan
12.                        Daya Lebur Mineral

1.Kilap

Merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh permukaan mineral saat terkena cahaya (Sapiie, 2006)

Kilap ini secara garis besar dapat dibedakan menjadi  jenis:

a.    Kilap Logam (metallic luster): bila mineral tersebut mempunyai kilap atau kilapan seperti logam. Contoh mineral yang mempunyai kilap logam:
1)    Gelena
2)    Pirit
3)    Magnetit
4)    Kalkopirit
5)    Grafit
6)    Hematit
b.    Kilap Bukan Logam (non metallic luster), terbagi atas:
1)    Kilap Intan (adamantin luster), cemerlang seperti intan.
2)    Kilap kaca (viteorus luster), misalnya pada kuarsa dan kalsit.
3)    Kilap Sutera (silky luster), kilat yang menyeruai sutera pada umumnya terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat, misalnya pada asbes, alkanolit, dan gips.
4)    Kilap Damar (resinous luster), memberi kesan seperti damar misalnya pada spharelit.
5)    Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun, misalnya pada serpentin,opal dan nepelin.
6)    Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung misalnya pada kaolin, bouxit dan limonit.

Kilap mineral sangat penting untuk diketahui, karena sifat fisiknya ini dapat dipakai dalam menentukan mineral secara megaskopis. Untuk itu perlu dibiasakan membedakan kilap mineral satu dengan yang lainnya, walaupun kadang-kadang akan dijumpai kesulitan karena batas kilap yang satu dengan yang lainnya tidak begitu tegas (Danisworo 1994).

2.Warna

Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan tetapi tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu mineral dapat berwarna lebih dari satu warna, tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan pengotoran padanya. Sebagai contoh, kuarsa dapat berwarna putih susu, ungu, coklat kehitaman atau tidak berwarna. Walau demikian ada beberapa mineral yang mempunyai warna khas, seperti:
a)     Putih                 :  Kaolin (Al2O3.2SiO2.2H2O), Gypsum (CaSO4.H2O), Milky Kwartz (Kuarsa Susu) (SiO2)
b)    Kuning              : Belerang (S)
c)     Emas                 : Pirit (FeS2), Kalkopirit (CuFeS2), Ema (Au)
d)    Hijau                 :  Klorit ((Mg.Fe)5 Al(AlSiO3O10) (OH)), Malasit (Cu CO3Cu(OH)2)
e)     Biru                    :  Azurit (2CuCO3Cu(OH)2), Beril (Be3Al2 (Si6O18))
f)      Merah                : Jasper, Hematit (Fe2O3)
g)     Coklat                : Garnet, Limonite (Fe2O3)
h)    Abu-abu           : Galena (PbS)
i)       Hitam                : Biotit (K2(MgFe)2(OH)2(AlSi3O10)), Grafit (C), Augit

3.Kekerasan

Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan nisbi suatu mineral dapat membandingkan suatu mineral terentu yang dipakai sebagai kekerasan yang standard. Mineral yang mempunyai kekerasan yang lebih kecil akan mempunyai bekas dan badan mineral tersebut. Standar kekerasan yang biasa dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat oleh Friedrich Mohs dari Jeman dan dikenal sebagai skala Mohs. Skala Mohs mempunyai 10 skala, dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak sampai skala 10 untuk mineral terkeras .

4.Cerat

Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping porselin atau membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari bubukan tersebut. Cerat dapat sama dengan warna asli mineral, dapat pula berbeda. Warna cerat untuk mineral tertentu umumnya tetap walaupun warna mineralnya berubah-ubah. Contohnya :
1)    Pirit :  Berwarna keemasan namun jika digoreskan pada plat porselin akan meninggalkan jejak berwarna hitam.
2)    Hematit :  Berwarna merah namun bila digoreskan pada plat porselin akan meninggalkan jejak berwarna merah kecoklatan.
3)    Augite :  Ceratnya abu-abu kehijauan
4)    Biotite :  Ceratnya tidak berwarna
5)    Orthoklase  :  Ceratnya putih
Warna serbuk, lebih khas dibandingkan dengan warna mineral secara keseluruhan, sehingga dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi mineral (Sapiie, 2006).

5.Belahan

Balahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu atau lebih arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral yang mampu membelah yang oleh sini adalah bila mineral kita pukul dan tidak hancur, tetapi terbelah-belah menjadi bidang belahan yang licin. Tidak semua mineral mempunyai sifa ini, sehingga dapat dipakai istilah seperti mudah terbakar dan sukar dibelah atau tidak dapa dibelah. Tenaga pengikat atom di dalam di dalam sruktur kritsal tidak seragam ke segala arah, oleh sebab itu bila terdapat ikatan yang lemah melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui bidang-bidang tersebut. Karena keteraturan sifat dalam mineral, maka belahan akan nampak berjajar dan teratur (Danisworo, 1994).


6.Pecahan

Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah yang tidak teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan belahan dapat dilihat dari sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar. Permukaan bidang belah akan nampak halus dan dapat memantulkan sinar seperti cermin datar, sedang bidang pecahan memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak teratur (Danisworo, 1994).

Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu:
1)    Concoidal: bila memperhatikan gelombang yang melengkung di permukaan pecahan, seperti kenampakan kulit kerang atau pecahan botol. Contoh Kuarsa.
2)    Splintery/fibrous: Bila menunjukkan gejala seperti serat, misalnya asbestos, augit, hipersten
3)    Even: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan halus, contoh pada kelompok mineral lempung. Contoh Limonit.
4)    Uneven: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan yang kasar, contoh: magnetit, hematite, kalkopirite, garnet.
5)    Hackly: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar tidak teratur dan runcing-runcing. Contoh pada native elemen emas dan perak.

7.Bentuk

Mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai bentuk teratur yang dikendalikan oleh system kristalnya, dan ada pula yang tidak. Mineral yang membentuk kristal disebut mineral kristalin. Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas disebut amorf (Danisworo, 1994).

Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas, misalnya:
a.    Bangun kubus                     : galena, pirit.
b.    Bangun pimatik                  : piroksen, ampibole.
c.    Bangun doecahedon         : garnet

Mineral amorf misalnya          : chert, flint.

Kristal dengan bentuk panjang dijumpai. Karena pertumbuhan kristal sering mengalami gangguan. Kebiasaan mengkristal suatu mineral yang disesuaikan dengan kondisi sekelilingnya mengakibatkan terjadinya bentuk-bentuk kristal yang khas, baik yang berdiri sendiri maupun di dalam kelompok-kelompok.



Kelompok tersebut disebut agregasi mineral dan dapat dibedakan dalam struktur sebagai berikut:

a)     Struktur granular atau struktur butiran yang terdiri dari butiran-butiran mineral yang mempunyai dimensi sama, isometrik. Dalam hal ini berdasarkan ukuran butirnya dapat dibedakan menjadi kriptokristalin/penerokristalin (mineral dapat dilihat dengan mata biasa). Bila kelompok kristal berukuran butir sebesar gula pasir, disebut mempunyai sakaroidal.
b)    Struktur kolom: terdiri dari prisma panjang-panjang dan ramping. Bila prisma tersebut begitu memanjang, dan halus dikatakan mempunyai struktur fibrous atau struktur berserat. Selanjutnya struktur kolom dapat dibedakan lagi menjadi: struktur jarring-jaring (retikuler), struktur bintang (stelated) dan radier.
c)     Struktur Lembaran atau lameler, terdiri dari lembaran-lembaran. Bila individu-individu mineral pipih disebut struktur tabuler,contoh mika. Struktur lembaran dibedakan menjadi struktur konsentris, foliasi.
d)    Sturktur imitasi : kelompok mineral mempunyai kemiripan bentuk dengan benda lain. Mineral-mineral ini dapat berdiri sendiri atau berkelompok.
Bentuk kristal mencerminkan  struktur dalam sehingga dapat dipergunakan untuk pemerian atau pengidentifikasian mineral (Sapiie, 2006).

8.Berat Jenis

Adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume mineral. Cara yang umum untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang mineral tersebut terlebih dahulu, misalnya beratnya x gram. Kemudian mineral ditimbang lagi dalam keadaan di dalam air, misalnya beratnya y gram. Berat terhitung dalam keadaan di dalam air adalah berat miberal dikurangi dengan berat air yang volumenya sama dengan volume butir mineral tersebut.

9.Sifat Dalam

Adalah sifat mineral apabila kita berusaha untuk mematahkan, memotong, menghancurkan, membengkokkan atau mengiris. Yang termasuk sifat ini adalah
a)     Rapuh (brittle): mudah hancur tapi bias dipotong-potong, contoh kwarsa, orthoklas, kalsit, pirit.
b)    Mudah ditempa (malleable): dapat ditempa menjadi lapisan tipis, seperti emas, tembaga.
c)     Dapat diiris (secitile): dapat diiris dengan pisau, hasil irisan rapuh, contoh gypsum.
d)    Fleksible: mineral berupa lapisan tipis, dapat dibengkokkan tanpa patah dan sesudah bengkok tidak dapat kembali seperti semula. Contoh mineral talk, selenit.
e)     Blastik: mineral berupa lapisan tipis dapat dibengkokkan tanpa menjadi patah dan dapat kembali seperti semula bila kita henikan tekanannya, contoh: muskovit.


10.Kemagnitan

Adalah sifat mineral terhadap gaya magnet. Diatakan sebagai feromagnetic bila mineral dengan mudah tertarik gaya magnet seperti magnetik, phirhotit. Mineral-mineral yang menolak gaya magnet disebut diamagnetic, dan yang tertarik lemah yaitu paramagnetic. Untuk melihat apakah mineral mempunyai sifat magnetik atau tidak kita gantungkan pada seutas tali/benang sebuah magnet, dengan sedikit demi sedikit mineral kita dekatkan pada magnet tersebut. Bila benang bergerak mendekati berarti mineral tersebut magnetik. Kuat tidaknya bias kita lihat dari besar kecilnya sudut yang dibuat dengan benang tersebut dengan garis vertical.

11.Kelistrikan

Adalah sifat listrik mineral dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu pengantar arus atau londuktor dan idak menghantarkan arus disebut non konduktor. Dan ada lagi istilah semikonduktor yaitu mineral yang bersifat sebagai konduktor dalam batas-batas tertentu.

12.Daya lebur mineral

Yaitu meleburnya mineral apabila dipanaskan, penyelidikannya dilakukan dengan membakar bubuk mineral dalam api. Daya leburnya dinyatakan dalam derajat keleburan.



C. Sifat-sifat zat aktif
                      
Zat aktif yang digunakan dalam pengobatan umumnya merupakan senyawa sintetis kimia, selain itu dapat juga berasal dari hasil ekstraksi alam (tumbuhan dan hewan).

 Idealnya zat aktif yag akan diformulasikan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1.     Kemurniannya tinggi
2.     Stabil,
3.     Kompatibel  dengan semua eksipien,
4.     Bentuk partikel sferis,
5.     Ukuran dan distribusi ukuran partikelnya baik,
6.     Sifat alir baik,
7.     Optimum moisture content,
8.     Kompresibilitas baik,
9.     Tidak mempunyai muatan pada permukaan,
10.                         Mempunyai sifat organoleptis yang baik.















Bab III
PENUTUP

A.  Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa :

Protein mempunyai dua sifat yaitu sifat umum dan khusus. Sifat umum diantaranya Ionisasi, denaturasi, Viskositas, Kristalisasi ,Sistem koloid. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh.

Pada zat gizi mineral sifat-sifatnya sebagai berikut : 
Kilap (luster), Warna (colour), Kekerasan (hardness), Cerat (streak), Belahan (cleavage), Pecahan (fracture), Bentuk (form), Berat Jenis (specific gravity), Sifat Dalam, Kemagnetan, Kelistrikan, Daya Lebur Mineral.

 Sedangkan zat aktof yang merupakan zat non gizi mempunyai sifat-sifat ideal sebagai berikut : kemurniannya tinggi, stabil, kompatibel  dengan semua eksipien, bentuk partikel sferis, ukuran dan distribusi ukuran partikelnya baik, sifat alir baik, optimum moisture content, kompresibilitas baik, tidak mempunyai muatan pada permukaan, dan mempunyai sifat organoleptis yang baik.


















DAFTAR PUSTAKA


Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
“http//:www.sifatprotein.co.id”
“http//:www.sifatmineral.co.id
      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar