MAKALAH
ILMU PANGAN DASAR
SIFAT
MINERAL DAN ZAT AKTIF
OLEH :
HIDAYATUL HUSNA
IQRA RAMADHAN
LESTARI SURYANINGSIH
LOLY NOVITA WINAS
MELLA OKTAVIANI
MENINDA OLA VENIA
MUTIA AISYAH
NIFTAH UTAMI
OCTA MUSTIKA TARI
PUTRI MARDAWITA
PUTRI MARDAWITA
KELOMPOK 3 DAN 4
KELAS IA
D-III GIZI
POLTEKKES
KEMENKES PADANG
2012-2013
BAB I
PENDAHULUAN
Betapa besar peranan zat gizi
dalam kehidupan makhluk hidup. Zat-zat
gizi tersebut mempunyai keunikan sifat-sifat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
makhluk hidup, contoh nya protein dan mineral. Zat non gizi yang bermanfaat
bagi kehidupan diantaranya adalah zat aktif yang mempunyai sifat-sifat khas.
Secara umum protein merupakan
senyawa organik berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari
monomer-monomer asam amino yang diikat oleh ikatan peptida. Protein sangat
penting bagi kehidupan karena berkaitan erat dengan proses-proses kehidupan.
Semua hayat hidup sel berhubungan dengan zat gizi protein.
Selanjutnya mineral,semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu
dan penyusun atom-atom yang beraturan,
maka setiap jenis mineral mempunyai sifat-sifat fisik/kimia tersendiri. Dengan
mengenal sifat-sifat tersebut maka setiap jenis mineral dapat dikenal,
sekaligus kita mengetahui susunan kimiawinya dalam batas-batas tertentu.
Zat
aktif merupakan zat non gizi yang berguna bagi kehidupan, umumnya merupakan
senyawa sintetis kimia serta mempunyai sifat-sifat yang ideal yang berguna
dalam pengobatan .
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SIFAT-SIFAT PADA PROTEIN
1. Sifat-sifat Protein secara umum
Sifat protein
secara umum :
1. Ionisasi yaitu apabila protein larut di dalam air akan
membentuk ion positif dan ion negative.
2. Denaturasi yaitu perubahan konformasi serta posisi
protein sehingga aktivitasnya berkurang atau kemampuannya menunjang aktivitas
organ tertentu dalam tubuh hilang sehingga tubuh mengalami keracunan.
3. Viskositas yaitu tahanan yang timbul oleh adanya
gesekan antara molekul di dalam zat cair yang mengalir.
4. Kristalisasi
yaitu proses yang sering dilakukan dengan jalan penambahan garam ammonium
sulfat atau NaCl pada larutan dengan pengaturan PH pada titik isoelektriknya.
5. Sistem koloid yaitu sistem yang heterogen terdiri atas
dua fase yaitu partikel kecil yang terdispersi dari medium pendispersi atau
pelarutnya.
Sifat-sifat
Protein secara khusus :
1. Dengan pemanasan
Banyak protein mengkoagulasi jika dipanaskan. Misalnya telur, hal
tersebut bisa
dimanfaatkan misal utk puding telur atau dlm
pembuaan cake. Sifat koagulasi irreversible.
2. .Dengan asam
Jika susu menjadi asam bakteri susu memfermentasi laktosa,
menghasilkan asam
laktat. Keasaman menyebabkan protein susu
(kasein) terkoagulasi.
3. Dengan
ensim-ensim
Rennin yg secara komersial disebut rennet adalah ensim yang
mengkoagulasikan protein.
4. Dengan perlakuan mekanis
Mengocok putih telur misalnya menyebabkan koagulasi parsial
pada protein.
5. Penambahan garam
Garam tertentu seperti natrium klorida bisa mengkoagulasi protein
Contoh protein : Telur, susu sapi, ikan, daging
sapi, kacang tanah, kacang kedelai, beras giling, beras tumbuk, gandum utuh,
jagung, biji-bijian, tahu, tempe, ayam, udang segar, kentang
B.
Sifat-Sifat Fisik Mineral
Sifat-sifat
fisik yang dimaksudkan adalah:
1. Kilap (luster)
2. Warna (colour)
3. Kekerasan (hardness)
4. Cerat (streak)
5. Belahan (cleavage)
6. Pecahan (fracture)
7. Bentuk (form)
8. Berat Jenis (specific gravity)
9. Sifat Dalam
10.
Kemagnetan
11.
Kelistrikan
12.
Daya
Lebur Mineral
1.Kilap
Merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh
permukaan mineral saat terkena cahaya (Sapiie, 2006)
Kilap ini secara garis besar dapat dibedakan
menjadi jenis:
a. Kilap
Logam (metallic luster): bila mineral tersebut mempunyai kilap atau kilapan
seperti logam. Contoh mineral yang mempunyai kilap logam:
1) Gelena
2) Pirit
3) Magnetit
4) Kalkopirit
5) Grafit
6) Hematit
b. Kilap
Bukan Logam (non metallic luster), terbagi atas:
1) Kilap Intan (adamantin luster),
cemerlang seperti intan.
2) Kilap kaca (viteorus luster),
misalnya pada kuarsa dan kalsit.
3) Kilap Sutera (silky luster), kilat
yang menyeruai sutera pada umumnya terdapat pada mineral yang mempunyai struktur
serat, misalnya pada asbes, alkanolit, dan gips.
4) Kilap Damar (resinous luster),
memberi kesan seperti damar misalnya pada spharelit.
5) Kilap mutiara (pearly luster), kilat
seperti lemak atau sabun, misalnya pada serpentin,opal dan nepelin.
6) Kilap tanah, kilat suram seperti
tanah lempung misalnya pada kaolin, bouxit dan limonit.
Kilap mineral sangat penting untuk diketahui, karena
sifat fisiknya ini dapat dipakai dalam menentukan mineral secara megaskopis.
Untuk itu perlu dibiasakan membedakan kilap mineral satu dengan yang lainnya,
walaupun kadang-kadang akan dijumpai kesulitan karena batas kilap yang satu
dengan yang lainnya tidak begitu tegas (Danisworo 1994).
2.Warna
Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat
dilihat, akan tetapi tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu
mineral dapat berwarna lebih dari satu warna, tergantung keanekaragaman
komposisi kimia dan pengotoran padanya. Sebagai contoh, kuarsa dapat berwarna
putih susu, ungu, coklat kehitaman atau tidak berwarna. Walau demikian ada
beberapa mineral yang mempunyai warna khas, seperti:
a) Putih : Kaolin (Al2O3.2SiO2.2H2O), Gypsum
(CaSO4.H2O), Milky Kwartz (Kuarsa Susu) (SiO2)
b) Kuning : Belerang (S)
c) Emas : Pirit (FeS2), Kalkopirit
(CuFeS2), Ema (Au)
d) Hijau : Klorit ((Mg.Fe)5 Al(AlSiO3O10) (OH)), Malasit
(Cu CO3Cu(OH)2)
e) Biru : Azurit (2CuCO3Cu(OH)2), Beril (Be3Al2
(Si6O18))
f) Merah : Jasper, Hematit (Fe2O3)
g) Coklat : Garnet, Limonite (Fe2O3)
h) Abu-abu : Galena (PbS)
i) Hitam : Biotit
(K2(MgFe)2(OH)2(AlSi3O10)), Grafit (C), Augit
3.Kekerasan
Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan.
Kekerasan nisbi suatu mineral dapat membandingkan suatu mineral terentu yang
dipakai sebagai kekerasan yang standard. Mineral yang mempunyai kekerasan yang
lebih kecil akan mempunyai bekas dan badan mineral tersebut. Standar kekerasan
yang biasa dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat oleh Friedrich Mohs dari
Jeman dan dikenal sebagai skala Mohs. Skala Mohs mempunyai 10 skala, dimulai
dari skala 1 untuk mineral terlunak sampai skala 10 untuk mineral terkeras .
4.Cerat
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran
(serbuk). Hal ini dapat dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian
kasar suatu keping porselin atau membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna
dari bubukan tersebut. Cerat dapat sama dengan warna asli mineral, dapat pula
berbeda. Warna cerat untuk mineral tertentu umumnya tetap walaupun warna
mineralnya berubah-ubah. Contohnya :
1) Pirit : Berwarna keemasan namun jika digoreskan pada
plat porselin akan meninggalkan jejak berwarna hitam.
2) Hematit : Berwarna merah namun bila digoreskan pada
plat porselin akan meninggalkan jejak berwarna merah kecoklatan.
3) Augite : Ceratnya abu-abu kehijauan
4) Biotite : Ceratnya tidak berwarna
5) Orthoklase :
Ceratnya putih
Warna serbuk, lebih khas dibandingkan dengan warna
mineral secara keseluruhan, sehingga dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi mineral
(Sapiie, 2006).
5.Belahan
Balahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah
diri pada satu atau lebih arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat
fisik mineral yang mampu membelah yang oleh sini adalah bila mineral kita pukul
dan tidak hancur, tetapi terbelah-belah menjadi bidang belahan yang licin.
Tidak semua mineral mempunyai sifa ini, sehingga dapat dipakai istilah seperti
mudah terbakar dan sukar dibelah atau tidak dapa dibelah. Tenaga pengikat atom
di dalam di dalam sruktur kritsal tidak seragam ke segala arah, oleh sebab itu
bila terdapat ikatan yang lemah melalui suatu bidang, maka mineral akan
cenderung membelah melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah
melalui bidang-bidang tersebut. Karena keteraturan sifat dalam mineral, maka
belahan akan nampak berjajar dan teratur (Danisworo, 1994).
6.Pecahan
Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk
terpisah-pisah dalam arah yang tidak teratur apabila mineral dikenai gaya.
Perbedaan pecahan dengan belahan dapat dilihat dari sifat permukaan mineral
apabila memantulkan sinar. Permukaan bidang belah akan nampak halus dan dapat
memantulkan sinar seperti cermin datar, sedang bidang pecahan memantulkan sinar
ke segala arah dengan tidak teratur (Danisworo, 1994).
Pecahan
mineral ada beberapa macam, yaitu:
1) Concoidal: bila memperhatikan
gelombang yang melengkung di permukaan pecahan, seperti kenampakan kulit kerang
atau pecahan botol. Contoh Kuarsa.
2) Splintery/fibrous: Bila menunjukkan
gejala seperti serat, misalnya asbestos, augit, hipersten
3) Even: Bila pecahan tersebut
menunjukkan permukaan bidang pecahan halus, contoh pada kelompok mineral
lempung. Contoh Limonit.
4) Uneven: Bila pecahan tersebut
menunjukkan permukaan bidang pecahan yang kasar, contoh: magnetit, hematite,
kalkopirite, garnet.
5) Hackly: Bila pecahan tersebut
menunjukkan permukaan kasar tidak teratur dan runcing-runcing. Contoh pada
native elemen emas dan perak.
7.Bentuk
Mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai bentuk
teratur yang dikendalikan oleh system kristalnya, dan ada pula yang tidak.
Mineral yang membentuk kristal disebut mineral kristalin. Mineral kristalin
sering mempunyai bangun yang khas disebut amorf (Danisworo, 1994).
Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas,
misalnya:
a. Bangun kubus : galena, pirit.
b. Bangun pimatik : piroksen, ampibole.
c. Bangun doecahedon : garnet
Mineral
amorf misalnya : chert, flint.
Kristal dengan bentuk panjang dijumpai. Karena
pertumbuhan kristal sering mengalami gangguan. Kebiasaan mengkristal suatu
mineral yang disesuaikan dengan kondisi sekelilingnya mengakibatkan terjadinya
bentuk-bentuk kristal yang khas, baik yang berdiri sendiri maupun di dalam
kelompok-kelompok.
Kelompok tersebut disebut agregasi mineral dan dapat
dibedakan dalam struktur sebagai berikut:
a) Struktur granular atau struktur
butiran yang terdiri dari butiran-butiran mineral yang mempunyai dimensi sama, isometrik.
Dalam hal ini berdasarkan ukuran butirnya dapat dibedakan menjadi
kriptokristalin/penerokristalin (mineral dapat dilihat dengan mata biasa). Bila
kelompok kristal berukuran butir sebesar gula pasir, disebut mempunyai
sakaroidal.
b) Struktur kolom: terdiri dari prisma
panjang-panjang dan ramping. Bila prisma tersebut begitu memanjang, dan halus
dikatakan mempunyai struktur fibrous atau struktur berserat. Selanjutnya
struktur kolom dapat dibedakan lagi menjadi: struktur jarring-jaring
(retikuler), struktur bintang (stelated) dan radier.
c) Struktur Lembaran atau lameler,
terdiri dari lembaran-lembaran. Bila individu-individu mineral pipih disebut
struktur tabuler,contoh mika. Struktur lembaran dibedakan menjadi struktur
konsentris, foliasi.
d) Sturktur imitasi : kelompok mineral
mempunyai kemiripan bentuk dengan benda lain. Mineral-mineral ini dapat berdiri
sendiri atau berkelompok.
Bentuk kristal mencerminkan struktur dalam sehingga dapat dipergunakan
untuk pemerian atau pengidentifikasian mineral (Sapiie, 2006).
8.Berat Jenis
Adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume
mineral. Cara yang umum untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang
mineral tersebut terlebih dahulu, misalnya beratnya x gram. Kemudian mineral
ditimbang lagi dalam keadaan di dalam air, misalnya beratnya y gram. Berat
terhitung dalam keadaan di dalam air adalah berat miberal dikurangi dengan
berat air yang volumenya sama dengan volume butir mineral tersebut.
9.Sifat Dalam
Adalah sifat mineral apabila kita berusaha untuk
mematahkan, memotong, menghancurkan, membengkokkan atau mengiris. Yang termasuk
sifat ini adalah
a) Rapuh (brittle): mudah hancur tapi
bias dipotong-potong, contoh kwarsa, orthoklas, kalsit, pirit.
b) Mudah ditempa (malleable): dapat
ditempa menjadi lapisan tipis, seperti emas, tembaga.
c) Dapat diiris (secitile): dapat diiris
dengan pisau, hasil irisan rapuh, contoh gypsum.
d) Fleksible: mineral berupa lapisan
tipis, dapat dibengkokkan tanpa patah dan sesudah bengkok tidak dapat kembali
seperti semula. Contoh mineral talk, selenit.
e) Blastik: mineral berupa lapisan tipis
dapat dibengkokkan tanpa menjadi patah dan dapat kembali seperti semula bila
kita henikan tekanannya, contoh: muskovit.
10.Kemagnitan
Adalah sifat mineral terhadap gaya magnet. Diatakan
sebagai feromagnetic bila mineral dengan mudah tertarik gaya magnet seperti
magnetik, phirhotit. Mineral-mineral yang menolak gaya magnet disebut
diamagnetic, dan yang tertarik lemah yaitu paramagnetic. Untuk melihat apakah
mineral mempunyai sifat magnetik atau tidak kita gantungkan pada seutas
tali/benang sebuah magnet, dengan sedikit demi sedikit mineral kita dekatkan
pada magnet tersebut. Bila benang bergerak mendekati berarti mineral tersebut
magnetik. Kuat tidaknya bias kita lihat dari besar kecilnya sudut yang dibuat
dengan benang tersebut dengan garis vertical.
11.Kelistrikan
Adalah sifat listrik mineral dapat dipisahkan menjadi
dua, yaitu pengantar arus atau londuktor dan idak menghantarkan arus disebut
non konduktor. Dan ada lagi istilah semikonduktor yaitu mineral yang bersifat
sebagai konduktor dalam batas-batas tertentu.
12.Daya lebur mineral
Yaitu meleburnya mineral apabila dipanaskan,
penyelidikannya dilakukan dengan membakar bubuk mineral dalam api. Daya
leburnya dinyatakan dalam derajat keleburan.
C. Sifat-sifat zat aktif
Zat aktif yang digunakan dalam
pengobatan umumnya merupakan senyawa sintetis kimia, selain itu dapat juga
berasal dari hasil ekstraksi alam (tumbuhan dan hewan).
Idealnya zat aktif yag akan diformulasikan
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1. Kemurniannya tinggi
2. Stabil,
3. Kompatibel dengan semua eksipien,
4. Bentuk partikel sferis,
5. Ukuran dan distribusi ukuran partikelnya baik,
6. Sifat alir baik,
7. Optimum moisture content,
8. Kompresibilitas baik,
9. Tidak mempunyai muatan pada permukaan,
10.
Mempunyai sifat organoleptis yang baik.
Bab III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa :
Protein mempunyai dua sifat yaitu
sifat umum dan khusus. Sifat umum diantaranya Ionisasi, denaturasi, Viskositas, Kristalisasi ,Sistem koloid. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi
lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh.
Pada zat gizi mineral
sifat-sifatnya sebagai berikut :
Kilap
(luster), Warna (colour), Kekerasan
(hardness), Cerat (streak), Belahan
(cleavage), Pecahan (fracture), Bentuk (form), Berat Jenis (specific gravity), Sifat Dalam, Kemagnetan, Kelistrikan, Daya Lebur
Mineral.
Sedangkan zat aktof yang merupakan zat non
gizi mempunyai sifat-sifat ideal sebagai berikut : kemurniannya tinggi, stabil, kompatibel dengan
semua eksipien, bentuk partikel sferis, ukuran dan distribusi ukuran partikelnya
baik, sifat alir baik, optimum moisture content, kompresibilitas baik, tidak
mempunyai muatan pada permukaan, dan mempunyai sifat organoleptis yang baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip
Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
“http//:www.sifatprotein.co.id”
“http//:www.sifatmineral.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar